MENELUSURI INDAHNYA BELITUNG (PART 1)

Alhamdulillah masih diberi umur dan kesempatan untuk travelling. Setelah sebelumnya travelling (yang harus naik pesawat) dilakukan bersama orang tua, sekarang akhirnya diberi kesempatan travelling tanpa orang tua (yaay!). Alasannya karena saya pergi bersama seseorang yang baru saja jadi mahrom saya :D.

Pertama kali sadar bahwa saya suka dengan pantai adalah ketika pertama kali liburan ke Bali bersama teman-teman kuliah. Mungkin karena saya orang Bandung, lama tinggal di gunung dan dataran tinggi, jarang lihat pantai. Makanya pas pertama kali melihat pantai langsung suka. Ketika calon suami (sekarang sudah jadi suami hehe) tahu kalau saya suka pantai, dia langsung pesan penerbangan ke Belitung untuk bulan madu bahkan sebelum mengurusi pernikahan dan segala macemnya. Maklum kalau pesan tiket sejak 6 bulan atau satu tahun sebelum penerbangan bisa dapat tiket murah hehe.

Akhirnya setelah kami menikah tanggal 23 April 2016, jadilah kami pergi berbulan madu ke Belitung pada tanggal 3 Mei 2016, alhamdulillah. Tiket pesawat kami pesan lewat website Traveloka pada bulan Desember 2015 dan kami mendapatkan tiket murah dari penerbangan Citilink. Harga tiket pulang-pergi Belitung-Jakarta untuk dua orang saat itu adalah Rp 1.658.029,- sudah temasuk asuransi perjalanan. Namun, karena kami mengubah rencana untuk pulang lebih cepat, kami mengubah jadwal kepulangan sehingga harus membayar lagi sebesar Rp 363.000,-. Ketika dipikirkan lagi sekarang seharusnya kami tidak usah mempercepat kepulangan karena sayang banget ternyata hanya sebentar liburan di tempat yang benar-benar indah haha tapi yasudahlah waktu itu kan belum tahu. Akhirnya kami yang berencana bulan madu di sana selama 7 hari 6 malam, kami persingkat menjadi 4 hari 3 malam.

Pesawat berangkat dari Bandara Soekarno Hatta hari Selasa tanggal 3 Mei 2016 pukul 5:55 pagi. Karena itu kami sudah merencanakan cuti sejak hari Senin tanggal 2 Mei untuk mempersiapkan perbekalan dan memulai perjalanan. Senin malam kami berangkat ke bandara menggunakan Bis Damri dari Terminal Kayuringin, Bekasi. Harga tiket bis saat itu adalah Rp 35.000,- per orang. Hari masih malam ketika sampai di bandara dan kami bermalam di ruang tunggu sambil menunggu loket check in dibuka. Sekitar jam 4 pagi loket dibuka, kami segera check in dan menuju ruang tunggu. Pesawat berangkat sesuai jadwal dan sekitar sejam kemudian kami sudah tiba di Bandara H.A.S. Hanandjoeddin di Tanjung Pandan, alhamdulillah.

Bandara H.A.S. Hanandjoeddin
Sebelum petualangan selanjutnya dimulai, kami harus menunggu dua teman saya yang akan liburan juga ke sini. Mereka berangkat dengan pesawat yang berbeda. Jadi, sebelumnya ada sebuah kisah lucu. Ketika rencana pernikahan masih dalam proses dan undangan belum disebarkan, tiba-tiba seorang teman kampus mengajak pergi liburan ke tempat yang agak jauh, untuk refreshing dari rutinitas kantor sepertinya. Lalu saya bilang boleh saja, dan bertanya liburan ke mana dan kapan. Tak disangka ia mengusulkan ke Belitung di tanggal yang sama dengan rencana bulan madu kami (mungkin karena ada tanggal merah hari libur nasional di sana). Saya bingung dan bicara dengan calon suami, katanya tidak masalah asalkan penginapannya berlainan, lagipula harga tur pulau bisa lebih murah ketika ada lebih banyak orang dalam satu grup yang ikut. Akhirnya saya terpaksa membocorkan duluan rencana pernikahan ke teman saya dan jadilah hari pertama kami di Belitung adalah bulan madu berempat haha. Teman saya sebenarnya perempuan dan dia mengajak sepupunya yang juga perempuan dan mereka malah mengompori kami yang masih canggung karena berstatus pengantin baru XD.

Ketika merencanakan liburan ke Belitung, kami sudah berniat untuk jalan-jalan di Belitung menggunakan jasa agen tur. Setelah browsing-browsing internet sana-sini, ternyata kami menemukan wisata tur khas Belitung yaitu Island Hopping. Karena Belitung terkenal dengan pulau-pulaunya yang indah, maka Wisata Island Hopping banyak diminati oleh pengunjung yang liburan di Belitung. Banyak sekali pilihan agen wisata Island Hopping yang tersedia di internet, tapi karena dulu penulis pernah ditipu ketika hendak liburan ke Pulau Seribu, awalnya rada sanksi juga mau memesan jasa tur lewat internet dan lebih memilih mencari rekomendasi teman saja yang sudah terbukti jujur. Namun, karena tidak ada rekomendasi teman, akhirnya kami coba saja menghubungi agen tur dari internet, saat itu suami memilih agen yang paket turnya bisa dibayar di akhir untuk meminimalisir penipuan. Alhamdulillah setelah berkontak dengan pemilik agen sejak beberapa hari sebelum kedatangan kami ke Belitung, ternyata kami benar-benar dijemput di bandara oleh salah satu anak buah yang bekerja di agen tur tersebut. Awalnya kalau kami tidak dijemput juga, kami akan mencari agen tur lain on the spot, toh kami juga belum membayar jadi nothing to lose hehe.

Agen tur yang kami gunakan adalah agen dari website belitungtravel.com dengan Pak Kusdian sebagai pemiliknya. Harga yang kami dapatkan saat itu adalah Rp 1.000.000,- untuk 4 orang yang fasiitasnya sudah termasuk penyewaan kapal, life jacket, perlengkapan snorkeling, dan transportasi jemput dari bandara dan antar ke penginapan. Biaya tur pulau kami bayarkan di akhir setelah tur selesai.

Akhirnya kedua teman saya mendarat, dan ternyata jemputan ke bandara dari agen turnya juga telah datang, tanpa menunggu lama kami langsung berangkat ke Pantai Tanjung Kelayang sebagai titik awal tur pulau kami. Tapi sebelum itu, karena island hopping ini akan memakan waktu seharian, maka kami berhenti sejenak di sejenis warung makan untuk membeli bekal untuk sarapan dan makan siang nanti. Harga makanan di sini tergolong murah, hanya Rp 55.000,- saja untuk dua kali makan untuk dua orang dan kami sudah mendapatkan nasi, lauk pauk, sayuran, dan sambal. Sarapan segera kami santap di mobil dalam perjalanan menuju Pantai Tanjung Kelayang.

Jarak yang harus kami tempuh dari bandara ke Pantai Tanjung Kelayang adalah 40 km, tapi ternyata dapat ditempuh dalam waktu sekitar satu jam saja. Berbeda dengan di Pulau Jawa, meskipun jalan raya di sini termasuk sempit, hanya cukup untuk dua ruas mobil masing-masing arah berlawanan, tapi kendaraan tidak terlalu banyak sehingga pengemudi di sini pada ngebut-ngebut. Kemacetan pun jarang ditemui, suatu pemandangan yang berbeda dari di tempat asal kami haha.

Tulisan "Welcome to Belitong' di Pantai Tanjung Kelayang

Berfoto dulu sebelum naik kapal
Sekitar pukul 9 pagi akhirnya kami tiba! Baru tiba di satu pantai saja kami sudah kagum, pasirnya begitu putih dan lembut, langitnya begitu cerah dan biru, awannya yang berarak begitu indah, air laut yang jernih dengan gradasi warna yang serasi. Pemandangannya tidak kalah dengan Pantai Dreamland, Bali, malah pantai ini lebih unggul karena tidak terlalu ramai pengunjung dan lebih ke terlampau sepi jadi lebih nyaman bagi pengantin baru untuk jalan-jalan berdua dan berlama-lama hehehe. Bahkan berlama-lama berfoto, selfie, main pasir dan air, dan sedikit alay juga bisa banget dilakukan. Sudah teruji oleh penulis yang mencoba berdua.

Selain pemandangan yang tidak kalah dengan Bali, cuaca di sini juga tidak sepanas Bali. Tapi meskipun tidak sepanas Bali, kita tetap tidak boleh lama-lama di bawah sinar matahari tanpa perlindungan. Jadi sebelum mengarungi lautan dengan kapal, sunblock lotion tak lupa dipakai tebal-tebal.

Kapal yang kami naiki adalah kapal bermesin seperti pada foto di atas. Dari Pantai Tanjung Kelayang kami berlayar menuju ke Pulau Batu Berlayar. Tapi ternyata untuk mencapai Pulau Batu Berlayar, kami melewati Pulau Batu Garuda. Ciri khas dari pulau ini adalah banyaknya batu-batu granit yang lebar dan besar berjajar sehingga bentuknya ada yang menyerupai kepala burung Garuda. Keindahan pemandangannya bahkan sudah terlihat dari kejauhan. Mumpung lewat, kesempatan ini kami manfaatkan untuk berfoto.

Pulau Batu Garuda Belitung

Berfoto dengan latar belakang Pulau Batu Garuda
Hanya berlayar sekitar 30 menit saja dari Pantai Tanjung Kelayang, kami sudah sampai di Pulau Batu Berlayar. Sesampainya di pulau, kami langsung turun tanpa dikomando untuk segera mengeksplor pulau dan berfoto-foto.

Pulau Batu Berlayar dari kejauhan

Pemandangan sekitar Pulau Batu Berlayar

Pemandangan sekitar Pulau Batu Berlayar

Pemandangan sekitar Pulau Batu Berlayar
Di pulau ini, pemandangan sangat indah berkat gabungan dari langit biru yang cerah, awan yang berarak, air yang jernih, juga pasir yang lembut. Sesekali angin sepoi yang lembut berhembus memberikan kesejukan di tengah teriknya matahari. Berbeda dengan Pulau Batu Garuda yang susunan batuannya lebar dan besar, di Pulau Batu Berlayar susunan batunya tinggi dan ramping menyerupai layar sehingga dinamai demikian.

Kesempatan untuk foto post-wed
Pemandangan yang bagus tidak kami sia-siakan untuk berfoto post-wedding, apalagi ada teman yang bisa memfoto kami, kalau cuma berdua saja kan jadinya kami harus selfie hehehe. Batu yang tinggi ini kami gunakan sebagai background foto.

Setelah puas berfoto-foto, kami menuju ke Pulau Pasir. Pulau Pasir ini ternyata kecil sekali yang kira-kira ukurannya kurang dari satu hektar. Saking kecilnya pulau ini, ketika air laut sedang pasang maka pulau ini akanmenghilang. Alhamdulillah ketika kami kunjungi pulau ini belum menghilang hehe. Di pulau ini hanya ada pasir saja tanpa pepohonan dengan air laut yang jernih serta ditemani oleh beberapa bintang laut hidup.

Pasir putih yang lembut, air laut yang jernih, dan bintang laut hidup adalah ciri khas Pulau Pasir
Di sini kami iseng-iseng berenang

Sedikit berfoto gaya cool memandang Pulau Kepayang di depan mata

Kapal yang membawa kami Island Hopping
Wisata Island Hopping selanjutnya setelah dari Pantai Pasir adalah Pulau Lengkuas. Pulau Lengkuas adalah salah satu pantai yang banyak diminati oleh turis yang berkunjung ke Belitung. Di pulau ini terdapat mercusuar tua peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1882. Mercusuar ini telah banyak memandu kapal-kapal kembali pulang dan sekarang mercusuar ini adalah daya tarik para turis. Untuk menaiki mercusuar, dikenakan biaya masuk sebesar Rp 5.000,- per orang. Sebelum masuk, para pengunjung juga harus melepas alas kaki dan membersihkan kaki serta pakaian dari pasir untuk menjaga kebersihan mercusuar.

Pulau Lengkuas dari kejauhan dengan mercusuarnya
Untuk menaiki mercusuar berlantai 18 yang tingginya kira-kira 50 meter hingga puncak ternyata tidak ada lift, para pengunjung harus menaiki tangga. Wow! Apakah akan melelahkan? Ternyata di tiap lantai terdapat jendela yang posisinya berbeda-beda sehingga kita bisa melihat pemandangan ke luar jendela setiap menaiki satu lantai. Tanpa terasa, kami sudah mencapai puncak. Pemandangan dari puncak mercusuar sangat indah. Dari sini kami dapat melihat panorama sekeliling Pulau Lengkuas. Di kejauhan terlihat cakrawala yang membatasi laut dan langit, di bawahnya terpotret kumpulan batu-batu yang menyusun Pulau Lengkuas. Air laut yang jernih menampakkan wajah dasarnya yang tidak begitu dalam.

Pemandangan dari puncak mercusuar Pulau Lengkuas
Pemandangan dari puncak mercusuar Pulau Lengkuas
Selain karena adanya mercusuar, pulau ini juga diminati turis karena keindahan pemandangan bawah lautnya. Oleh karena itu, setelah turun dari mercusuar, kami langsung berlayar ke sisi pulau untuk snorkeling.

Nyemplungggg
Ikan-ikan yang berkumpul setelah diberi kraker

Karena ini adalah pengalaman snorkeling yang pertama bagi penulis, jadinya penulis tidak banyak berfoto-foto pemandangan bawah lautnya karena lebih memilih untuk menikmati. Padahal sih sebenarnya wadah anti air untuk gadgetnya tidak berfungsi jadinya tidak bisa memotret di bawah air hahaha, beli yang murah sih.

Dari dulu kalau main ke pantai belum pernah nyebur ke laut, paling banter main ombak sampai basah sepinggang, sekarang akhirnya merasakan nyemplung ke laut dan ternyataa…air laut memang asiiin. Kalau dilihat-lihat sih airnya terasa segar seperti di kolam renang, tapi setelah nyemplung dan beberapa kali tertelan air lautnya plus kacamata snorkeling kemasukan air laut akhirnya terasa nyata bedanya air laut dan air di kolam renang hahaha.

Meskipun tak tertangkap kamera tapi pemandangan bawah laut di sini memang indah. Ikan-ikan kecil berenang bebas di sekitar kami sangat dekat sampai bisa ditangkap tapi selalu gagal karena mereka berenang terlalu cepat haha. Tapi kalau kita lemparkan kraker yang diremukkan, ikan-ikan itu akan datang dan berebutan. For your information, kraker yang digemari ikan-ikan itu adalah kraker yang biasa jadi cemilan manusia, kami membelinya seharga Rp 6.000,- di warung yang kami lewati dalam perjalanan menuju Pulau Tanjung Kelayang.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan hampir pukul 2 siang, saatnya kami menuju ke destinasi terakhir di Wisata Island Hopping ini yaitu Pulau Kepayang. Di Pulau Kepayang ini terdapat pusat konservasi penyu dan batu karang. Tapi kami tidak ke sana sih. Kami mendarat di salah satu pantai sisi pulau yang di depan kami terbentang hutan dengan pepohonan yang tinggi. Karena ini adalah destinasi hopping island kami yang terakhir, kami berniat untuk berlama-lama di pulau ini. Mulailah kami menembus hutan untuk mencapai pantai di sisi lain pulau ini.

Hutan dan vegetasinya membuat sejuk para pengunjung Pulau Kepayang
Keluar dari hutan, kami telah sampai di pantai sisi lain Pulau Kepayang yang kami lihat di pantai ini sama sekali tidak ada orang selain kami berdua! Memang sejak awal kami melakukan island hopping, kami tidak menemui begitu banyak orang di pantai-pantai dan pulau-pulaunya. Tempat yang paling banyak pengunjungnya adalah Pulau Lengkuas, tapi itu pun masih jauh lebih sedikit dibanding pengunjung Pantai Sanur Bali di saat matahari terbit. Daan menemukan pantai yang hanya kami berdua pengunjungnya itu rasanya seperti menemukan private beach! Karena hanya berdua saja, walhasil kami puas melakukan banyak hal termasuk yang katrok, lebay, dan alay bahkan sampai waktunya kami kembali ke kapal.

Di pantai itu kami menemukan sebuah ayunan dari tambang dan kayu yang diikat ke sebatang pohon. Menggunakan ayunan itu kami jeprat-jepret sepuasnya bergaya seperti anak kecil.

Masa kecil sudah bahagia, sudah besar ingin lebih bahagia haha
Mumpung sepi, foto post-wedding lagi

Pemandangan laut dari pantai ini
Setelah puas di pantai ini, kami berjalan kembali melewati hutan dan akhirnya kami sampai ke suatu pantai yang baru lagi! Dan masih berupa private beach, hanya ada kami berdua saja saat itu pengunjungnya.

Kapal-kapal yang tertambat berbaris di pantai, seperti hatiku yang tertambat padamu *eh
Ternyata tulisan nama pulaunya ada di sini, sepertinya ini pantai utamanya pulaunya, terletak di bagian lancip dari Pulau Kepayang
Akhirnya wisata island hopping telah berakhir dan kami harus kembali ke kapal untuk pulang ke Pantai Tanjung Kelayang. Sekitar 30 menit kami berlayar untuk kembali ke Pulau Tanjung Kelayang. Dari sana kami langsung diantar ke penginapan kami masing-masing oleh agen turnya. Namun, karena di tengah perjalanan kami lapar, Pak Supir merekomendasikan kami untuk makan makanan khas Belitung yaitu Mie Belitung di salah satu kedai Mie Belitung yang terkenal di pusat kota yaitu Mie Belitung ‘Atep’. Mie Belitung ‘Atep’ ini terletak di dekat Bundaran Tugu Batu Satam yang menjadi ikon Kota Tanjung Pandan, Belitung. Kata orang sini sih, belum pergi ke Belitung namanya kalau belum coba Mie Belitung haha.

Penampilan Mie Belitung yang menggungah selera, lagi laper sih haha
Mie Belitung ‘Atep’ ini ternyata sangat terkenal di Belitung dan bahkan sering dikunjungi oleh artis. Pelanggannya pun banyak, beruntung kami bisa mendapatkan tempat duduk meskipun rasanya waktu tunggu terasa begitu lama karena lapar haha. Yang khas dari Mie Belitung ‘Atep’ ini adalah mie yang ditaburi udang, tahu, kentang, dan timun disiram dengan kuah kental yang terbuat dari kaldu udang dengan taburan topping emping melinjo. Pertama kali melihat mie ini, rasa yang terbayang adalah gurih asin seperti rasa mie baso di Jawa Barat. Tapi setelah dicicipi eh ternyata rasanya lebih ke gurih manis. Kata orang, makan Mie Belitung enaknya ditemani minuman es jeruk kunci. Sayangnya waktu itu kami tidak tahu jadinya kami hanya memesan minum teh hangat dan es jeruk. Harga seporsi Mie Belitung plus minumannya saat itu adalah Rp 20.500,-. Pengalaman baru yang cukup memuaskan mencicipi masakan khas Belitung.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan. Tapi sebelum melanjutkan perjalanan, kami melihat toko optik dan memutuskan untuk membeli dua kacamata hitam yang akan berguna di petualangan kami selanjutnya. Harga dua buah kacamata hitam hanya Rp 50.000,- saja, terhitung murah dibandingkan membelinya di Bandung, Bekasi, atau Jakarta.

Kami akhirnya sampai di penginapan kami, Hotel Mustika Belitung, dan berpisah dengan dua teman saya yang menginap di Hotel Harlika Jaya, dekat dengan pantai. Karena kami bepergian dengan konsep backpacker (dan memang kami juga hanya membawa masing-masing satu ransel) jadi kami memesan penginapan murah lewat Traveloka sejak sebulan lalu. Tarif menginap di hotel ini hanya Rp 176.607,- saja per malam sudah termasuk makan malam dan sarapan pagi menurut info di aplikasi Travelokanya. Kamar di penginapan ini terlihat sederhana dan tidak begitu luas, tapi fasilitas dasarnya lengkap mulai dari selimut dan handuk hingga fasilitas air panas dan siaran TV lokal. Tentunya terbilang cukup memadai untuk kami para backpackers.

Malam itu kami berdua hanya beristirahat saja di penginapan, tidak pergi ke luar lagi, juga karena saya merasa kurang enak badan karena kecapekan. Saat jam makan malam kami mencoba meminta fasilitas makan malam kami, ternyata hanya ada tumis bihun saja. Mungkin memang ekspektasi penulis yang terlampau tinggi sehingga berasumsi bahwa makan malam penginapan adalah nasi dengan segala lauk pauknya dihidangkan prasmanan seperti hotel bintang 5 hehehe. Tapi sudah tersedia makan malam dari hotel pun alhamdulillah karena kami tak harus pergi keluar dan membeli makan malam.

Bersambung ke Part 2...

Komentar

  1. Keren banget ya kayaknya Belitong ini....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keindahan alamnya masih terjaga karena masih belum tereksploitasi sebagai wisata alam seperti tempat2 wisata alam di Jawa Barat misalnya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 2

Handwriting Analysis (Analisis Tulisan Tangan/Grafologi) Bagian 1

Senna's VBAC Story